Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
2. Menghargai peranan tokoh
peerjuangan dan masayarakat dalam mempersiapakan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
|
2.3.
Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.
|
Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam
Memproklamasikan Kemerdekaan
1.
Ir. Sukarno
Sukarno adalah
proklamator kemerdekaan Indonesia. Didampingi Drs. Moh. Hatta beliau membacakan
teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau adalah
presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai presiden, beliau turut berjasa
dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau mulai merintis
pemerintahan Indonesia dalam masa-masa yang sangat sulit. Sebagai presiden,
beliau memberikan semangat kepada Bangsa Indonesia untuk tetap berjuang. Beliau
ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi
militer pada tanggal 19 Desember 1948. Sebelumnya, beliau telah mengirimkan
mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin Prawiranegara yang berada di
Sumatera untuk membentuk dan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI).
2.
Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta juga dikenal
sebagai Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di
awal pembentukan negara Indonesia. Jasa beliau dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan sangatlah besar. Beliau dikenal sebagai delegasi Indonesia yang
handal. Pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949, beliau memimpin delegasi
Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil KMB
sangat memuaskan Bangsa Indonesia. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan
Republik Indonesia. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu
di Yogyakarta dan di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.
3.
Jenderal Sudirman
Peranan Jenderal
Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat besar.
Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa
dan berhasil mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman
diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Sudirman
tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit.
4.
Bung Tomo
Sutomo atau Bung Tomo
dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan beliau bekerja di Surat Kabar
Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan
memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat
rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu pada tanggal 10 November 1945.
5.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
berperan besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai
bangsawan, beliau membaur berjuang bersama rakyat biasa. Sri Sultan Hamengku
Buwono merupakan tokoh pejuang diplomatik Indonesia. Beliau menjadi anggota
delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di Jakarta pada
tanggal 2 Mei 1949.
Materi IPS Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
2. Menghargai peranan tokoh
peerjuangan dan masayarakat dalam mempersiapakan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
|
2.4. Mengehargai jasa dan
peranan tokoh perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan Indoensia.
|
A. Menghargai Jasa Para Tokoh dalam
Mempertahankan Kemerdekaan
1. Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Untuk
menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk komisi baru
yang diberi nama UNCI (United Nation Commision for Indonesia). Berkat peranan
UNCI Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan. Delegasi Indonesia diketuai
Mr. Moh Roem. Delegasi Belanda diketuai Dr. Van Royen. Perundingan tersebut
dinamakan Perundingan Roem-Royen. Salah satu keputusan perundingan Roem-Royen
adalah akan diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB).
Untuk menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter
Indonesia. Konferensi tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan pandangan wakil
Republik Indonesia dengan wakil BFO. BFO merupakan organisasi yang terdiri atas
pemimpin negara-negara bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia.
Negara-negara bagian tersebut timbul karena adanya politik devide et impera.
Politik devide et impera adalah politik memecah belah. Bagian-bagian wilayah
Indonesia yang diduduki Belanda dipecah-pecah sehingga timbul negara-negara
kecil (negara boneka). Sesudah berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri
melalui Konferensi Inter Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi KMB. Pada
tanggal 23 Agustus 1949 dibuka di Den Haag, Belanda. Delegasi RI dipimpin Drs.
Moh. Hatta. Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi
Belanda dipimpin Mr. J.H. Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev. Pada
tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan naskah penyerahan
kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan di Indonesia
dan di Belanda. Dengan peristiwa tersebut secara resmi Belanda mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di Den Haag
naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili Indonesia dan Ratu
Juliana mewakili Belanda.
2. Peranan Beberapa Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan dua cara. Cara tersebut meliputi perang dan
diplomasi. Ada beberapa tokoh yang berperan dalam kedua cara tersebut, antara
lain sebagai berikut.
a. Ir. Soekarno
Tanggal 17
Agustus 1945, Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno diangkat menjadi
Presiden Republik Indonesia. Sebagai pemimpin tertinggi, Presiden Soekarno
banyak melakukan diplomasi dengan pemimpin-pemimpin tentara Sekutu di Indonesia
Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia yang
diboncengi NICA membuat Presiden Soekarno berada pada posisi yang sulit. Sekutu
yang hanya memperoleh informasi sepihak dari Belanda, mendukung pengembalian
Indonesia sebagai jajahan Belanda. Berkat diplomasi Presiden Soekarno dan Bung
Hatta, Sekutu yang dipimpin Letjen Christison mau mengakui keberadaan RI.
Tanggal 1 Oktober 1945, Letjen Christison menyatakan bahwa kedatangannya tidak
akan merebut pemerintahan Republik Indonesia. Kemampuan diplomasi Presiden
Soekarno diuji kembali ketika pecah pertempuran di Surabaya tanggal 28 Oktober
1945. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigjen Mallaby mengakibatkan jatuhnya
korban di kedua belah pihak. Untuk menghindari terjadinya korban di kedua belah
pihak, Bung Karno mengadakan diplomasi. Berkat diplomasi Bung Karno jatuhnya
korban di kedua belah pihak dapat dihindari. Selama Perang Kemerdekaan sampai
pengakuan kedaulatan, perjuangan Bung Karno terus berlanjut. Bung Karno tetap
memakai cara diplomasi dalam perjuangannya. Hal ini tercermin dari pidato Bung
Karno pada suatu rapat umum di Magelang pada tanggal 16 Maret 1946. Beliau
menyatakan bahwa ada jalan perjuangan bagi bangsa Indonesia, satu di antaranya
jalan diplomasi.
b. Drs. Mohammad Hatta

Drs.
Mohammad Hatta (Bung Hatta) sejak muda telah menjadi tokoh penggerak mahasiswa
Indonesia. Bung Hatta adalah seorang tokoh organisasi Pemuda Indonesia (PI).
Pemuda Indonesia merupakan organisasi mahasiswa dan pelajar Indonesia di luar
negeri (Belanda). Pemuda Indonesia mempunyai pengaruh yang besar bagi
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta
bersama Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa
Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih menjadi wakil
Presiden Indonesia yang pertama. Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan
Indonesia perjuangan Bung Hatta dilakukan melalui cara diplomasi. Beliau
mengadakan diplomasi dengan pihak penjajah maupun negara-negara lain di dunia.
Beliau berusaha agar kedaulatan Indonesia diakui dunia. Tanggal 13 Januari 1948
diadakan perundingan di Kaliurang. Perundingan tersebut membicarakan daerah
kekuasaan Republik Indonesia. Perundingan tersebut dilakukan oleh Komisi Tiga
Negara (Amerika, Australia, dan Belgia) dengan Indonesia. Mohammad Hatta, Ir.
Soekarno, Sultan Syahrir, dan Jendral sudirman merupakan wakil dari Indonesia.
Tanggal 23 Agustus Drs. Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja Bundar merupakan
perundingan antara Indonesia, delegasi BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda. Tujuan
utama Konferensi Meja Bundar adalah untuk menyelesaikan pertikaian
Indonesia-Belanda yang mengarah pada pengakuan kedaulatan Indonesia. Tanggal 2
November 1949 tercapai persetujuan KMB. Hasil KMB adalah Belanda akan
menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada akhir bulan Desember
1949. Tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag dilakukan upacara penandatanganan
naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat diwakili Drs. Mohammad
Hatta, sedangkan Belanda diwakili Ratu Yuliana.
d. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX
Pada awal Januari 1946 pemerintah mengambil
keputusan untuk memindahkan kedudukan pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta.
Sultan Hamengkubuwono IX menyambut hangat kepindahan tersebut. Beliau
melindungi pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari ancaman tentara Belanda.
Beliau rela berkorban demi perjuangan. Belanda ingin beliau mengubah sikapnya
terhadap Republik Indonesia. Belanda mengirim utusan untuk membujuk beliau agar
mau bekerja sama dan memihaknya. Belanda menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan
Madura. Beliau tetap tegar pada pendiriannya. Beliau setia kepada Republik
Indonesia. Keinginan Beliau hanya satu yaitu Belanda segera pergi dari Republik
Indonesia. Pada awal kehidupan Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX
berhasil meminta kesanggupan Letkol Soeharto untuk mempersiapkan serangan umum.
Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI berhasil menduduki kota
Yogyakarta dalam waktu enam jam. Keberhasilan serangan tersebut menunjukkan
bahwa Republik Indonesia belum habis riwayatnya. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
berperan dalam usaha pengakuan kedaulatan RI. Pada tanggal 27 Desember 1949 Sri
Sultan Hamengkubuwono IX menandatangani naskah pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda di Jakarta. Di Jakarta naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX mewakili Indonesia dan Wakil Tinggi Mahkota
A.H.J. Lovink mewakili Belanda. Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan
mengakhiri periode perjuangan bersenjata rakyat Indonesia.
d. Jendral Soedirman

Jendral
Soedirman adalah pejuang yang gigih. Dalam keadaan sakit beliau tetap memimpin
perlawanan terhadap Belanda. Pada tanggal 12 Desember 1945 Kolonel Soedirman
memimpin pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. TKR berhasil memukul mundur
tentara Sekutu. Dalam menghadapi Sekutu, Kolonel Soedirman menggunakan taktik
Perang Gerilya. Kolonel Soedirman merupakan tokoh yang mempelopori Perang
Gerilya di Indonesia. Keberhasilan Kolonel Soedirman memimpin pertempuran di
Ambarawa, membuat beliau dipilih menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat
Jendral. Pada masa itu di Indonesia timbul bermacam-macam badan kelaskaran.
Badan-badan kelaskaran itu mempunyai tujuan yang sama yaitu melawan dan
mengusir penjajah. Oleh karena itu, pada tanggal 3 Juni 1947 semua badan
kelaskaran dimasukkan dalam satu wadah yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh Panglima Besar Jendral Soedirman. Pada
saat tentara Belanda menduduki Yogyakarta beliau mengambil keputusan
melanjutkan perang gerilya. Keputusan tersebut disambut baik oleh segenap
anggota TNI. Tindakan Panglima Besar Jendral Soedirman berhasil meningkatkan
semangat perjuangan Republik Indonesia. Sumber: Atlas Indonesia dan sekitarnya
Gambar 8.11 Soedirman 124 Ilmu Pengetahuan Sosial SD Kelas 5 Dalam keadaan
fisik yang lemah beliau memilih bergerilya daripada ditawan Belanda. Selama
bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus kilometer keluar
masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar